Selasa, 20 Mei 2014

Mahasiswa Nanggung

Cerita ini adalah karya teman saya yang Bernama Yuni Purwanti yang saat sedang melanjutkan studi S1nya di salah satu Universitas ternama di Jogjakarta. Sesaat setelah membaca cerita ini saya seperti berkaca pada diri saya sendiri, betapa cerita ini adalah kisah nyata yang terjadi pada diri saya saat ini yang sama saja dengan mahasiswa lainnya. Mahasiswa yang selalu menunda-nunda pekerjaan atau tugas kuliah, mahasiswa yang sering datang tidak tepat waktu dan mahasiswa yang sering mengumpulkan tugas mepet atau bahkan melampaui batas akhir pengumpulan. Walaupum saya sudah mengetahui bahwa hal yang terjadi pada diri saya merupakan hal yang kurang baik atau bahkan tidak baik sama sekali saya belum tersentuh hati saya untuk merubah perilaku saya menjadi mahasiswa yang tidak tanggung-tanggung dalam melakukan segala sesuatunya. Dan semoga saja dalam waktu dekat ini saya akan segera tersentuh hati saya untuk menjadi mahasiswa yang berusaha untuk tidak tanggung-tanggung. :)

Saya : Mahasiswa nanggung (karya Yuni Purwanti)

Saya, mahasiswa nanggung. Nanggung semesternya , dibilang tua muka masih polos (ngarep), dibilang muda udah mau punya adek 2 angkatan -.-
Saya, mahasiswa nanggung. Nanggung kuliahnya, nanggung organisasinya + nanggung juga ngajinya *ehhh ini pake dibawa2
          Mahasiswa nanggung yang selalu tanggung2 kalo ngerjain apa2. Kuliah nanggung,  1/4 mikirin pelajaran di kelas, 1/4 mikirin laporan belum selese,  1/4 mikirin belum tidur gegara begadang  dan 1/4 mikirin belum makan * nah ini yang paling krusial hhaha. Ada temen yang nyindir " kalo kuliah jangan nanggung2 yun ! " , saya mikir keras gimana biar ga nanggung. Tapi kenyataannya, yang dia bilang ga nanggung itu 100 % ngerjain laporan, 100 % tidur, 100 % makan dan ending- nya itu namanya bolos -_- . Yaaa kelessss..

          Saya, mahasiswa nanggung. Semester 4 ituuuu kalo ditanya susah jawabnya. Mau ditanya," kalian bisa kuliah pengganti kapan ? " pada mlongo semua... tiada hari tanpa praktikum, proposal, laporan dan presentasi , yaaa kapan bisa kuliah penggantinya?. Dari awal semester emang udah biasa ama yang namanya laporan.Yang bikin ga biasa itu kalo sehari 2 ato 3 laporan + 2 proposal + presentasi. Huhahuha mending makan geprekan cabe 1/2 kilo dahhh. Bagi kami laporan tulis tangan sih biasa aja, yang bikin ga biasa itu numpuknya.... kalo sehari 5 itu jari udah pada tremor semua , itu masih mending kalo selese pada waktunya + dapat nilai yang mengenakan mata. Naaahhh ini, selese udah mepetpetpet nilainya luar biasa pula dan akhirnyaaaa akan revisi juga . Sedihhh T_T. Please, dapet asisten juga yang luar biasa pula. Setiap kata yang ditulis harus punya makna, jedeerrrrr banyak komen di folio saya. Maunya sih di komen balik, tapi saya inget itu bukan status di fb yang bisa dikomen seenaknya. Cuma bisa bengong ngeliat temen2 yang bangga nilai laporannya bagus2 semua, pas saya lihat ga ada coretan apa lagi komentar. Owowowo beda kali dengan punya saya. Mencoba instrospeksi diri, mungkin saya terlalu ecek2 kalo bikin laporan hhhaha. Tapi setiap asisten punya standar yang beda2 katanya, klo dituntut gitu pasti bilangnya " asisten itu manusia ". Yaaaaa .... sama praktikan juga manusia kelesssss .
Trust me, I'm a deadliner * gini ko bangga . Jadi ingat kata eyang Tung Desem Waringin " Kepepet membiasakan terhadap ketidaksiapan, sedangkan persiapan membawa hasil yang sempurna ". Kadang saya bingung dengan diri sendiri,kenapa saya sukanya mepet2 . Bahkan mahasiswa jaman sekarang malah bangga kalo mepet2, " Ini hlo aku ngerjain tugasnya baru habis subuh tadi, nah sekarang selese to ? " * belagak kaya dewa hhhaha. Mungkin ini yang bikin kita jadi nanggung, ga bakal dapet nilai + ilmu yang sempurna karena orientasinya asal jadi asal selese.
        Saya mahasiswa nanggung, yang masih terbiasa ingin pulang saat tugas masih numpuk. Katanya semakin tua semester kuliah rasa ingin pulang itu semakin mereda.  Engga juga, tdi sekelas sama angkatan tua * upss. Diatas kepala mereka terlihat angan2 liburan panjang akhir bulan ini, kasur empuk makanan rumahan dan jalan2, malah tadi ada yang keceplosan bilang mau pulang. GGGrrrr. Disisi lain, kami mahasiswa nanggung di angannya terlintas tanggal sekian responsi ini, itu, term paper ini, presentasi ini ituuuu. Huaaaa kami juga punya rumah dan kami juga ingin pulang.. Saya kira yang tua itu bakal rajin, eh dateng kuliah setelah habis jam pertama kuliah. Saya kira mahaiswa tua bakal cepet seles tugas2nya, ehh ngumplulinnya malah paling akhir .Muda dan tua bukan pathokan kedewasaan seorang mahasiswa
#belumbanggajadiMAHASISWANANGGUNG

Selasa, 13 Mei 2014

Pengalaman Kuliah

Mata kuliah yang menarik bagi saya saat ini yaitu karawitan, itu tidak berarti mata kuliah yang lain itu tidak menarik. Dalam mata kuliah ini saya mempunyai berbagai pengalaman menarik dan pengetahuan yang benar-benar baru bagi saya, yang salah satunya yaitu saat saya menyaksikan pementasan seni di ISI Surakarta. Karawitan merupakan peninggalan leluhur yang sangat berharaga. Selain sebagai bentuk seni yang tinggi karawitan juga mempunyai fungsi dalam lingkup kemasyarakatan. Karawitan yang ditampilkan di dalam upacara adat dapat berdampak positif kepada para pemain dan penontonnya, seperti menumbuhkan rasa kekeluargaan, menanamkan nilai-nilai luhur, menghilangkan sifat-sifat brutal, menambah kreatifitas, memupuk kerja sama dan menghibur serta menghilangkan rasa gundah atas kehidupan. Padahal karawitan mempunyai dampak yang positif bagi para pemain dan penontonnya, namun generasi sekarang ini banyak yang tidak tahu tentang seni karawitan. Sudah jarang orang yang ingin mempelajari seni musik karawitan. Tetapi masih ada orang-orang yang mempunyai jiwa seni yang mempelajari seni karawitan, seperti mahasiswa jurusan karawitan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta ini.
            Pada tanggal 11 & 16 April 2014 para mahasiswa tersebut sedang menggelar pentas seni karawitan dalam rangka menyajikan tugas akhir mereka. Setelah saya menyaksikan sajian pentas seni karawitan ini saya mempunyai beberapa pengalaman yang baru, seperti seni karawitan tidak selalu identik dengan tradisional dan tidak hanya menggunakan gamelan saja, tetapi bisa di kolaborasikan dengan berbagai alat musik lainnya seperti biola, gitar, dan juga peralatan-peralatan rumah tangga yang dapat mengeluarkan bunyi.
            Pada tanggal 11 April 2014 sekitar pukul 8 malam yang bertempat di gedung teater besar Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, pementasan yang pertama digelar yaitu pementasan seni karawitan klasik atau hanya menggunakan gamelan saja tanpa menggunakan alat musik yang lain. Pementasan pada malan itu terkesan sangat hikmat sekali. Sebelum saya menyaksikan pementasan ini yang saya tahu bahwa ketika akan digelar seni karawitan harus mengadakan ritual-ritual tertentu dan menggunakan sesajen atau semacamnya, dan saya berpikir bahwa gamelan itu selalu identik dengan mistis, tidak boleh dimainkan sembarangan dan harus melewati beberapa ritual untuk memainkannya. Namun ternyata hal itu semua salah, karawitan adalah seni musik yang sangat menghibur bagi penontonnya, yang siapa saja boleh memainkan dengan baik dan benar. Tanpa harus mengadakan ritual tertentu dan sesajen atau semacamnya. Gamelan pun tidak selalu identik dengan mistis, gamelan merupakan alat musik yang sangat indah dan unik menurut saya.
            Menurut saya sebagai penonton awam dalam pementasan seni karawitan melibatkan banyak pemain sedangkan dalam satu pementasan untuk tugas akhir ini penyajinya hanya dua atau tiga orang saja dan yang lainnya merupakan pendukung saja. Ketika ada banyak pemain yang memainkan gamelan atau alat musik yang lain memakai pakaian yang sama maka dimata penonton awam seperti saya akan beranggapan bahwa penyajinya tidak akan diperhatikan karena jarak pandang dari kursi penonton jauh, pakaian yang digunakan sama, porsi memainkan alat musiknya pun hampir sama dengan pemain pendukung. Jadi ketika penyajinya tidak ada sesuatu yang menonjol maka penontonnya tidak akan terlalu memperhatikan. Walaupun mungkin yang mereka tonjolkan adalah karya seni musik yang mereka ciptakan, tetapi dimata penonton awam mereka tidak terlalu memperhatikan hasil ciptaanya, melainkan yang lebih mereka perhatikan adalah cara penyajiannya di atas pentas.  Apabila penyaji ketika dalam pementasan menggunakan pakaian yang berbeda dengan pemain pendukungnya dan porsi memainkan alat musik atau gamelannya berbeda atau lebih banyak dan lebih menonjol maka penonton akan sedikit banyak lebih memperhatikan penyajinya dibanding para pemain pendukungnya.
            Bahkan padapementasan yang pertama ini para penontonnya pun banyak yang menyaksikannya tidak sampai selesai entah itu karena mereka tidak menyukai seni karawitan atau mereka merasa jenuh dengan cara penyajiannya yang tidak menonjolkan penyajinya sebagai pemain utamanya. Dan terasa membosankan karena tidak ada sesuatu yang terlihat sedikit menonjol atau lebih terlihat “waooww” dimata penonton awam. Lain halnya ketika mungkin ada sesuatu yang menonjol pada pementasan ini, walaupun mungkin para penonton tidak menyukai seni karawitan tetapi ketika ada sesuatu yang menonjol dibalik pementasan ini para penonton akan merasa ingin tahu bagaimana kelanjutan dari pementasan ini.
            Lain halnya dengan pementasan yang kedua yaitu pada tanggal 16 April 2014 diwaktu dan tempat yang sama, untuk pementasan kali ini sedikit lebih “gumyak” atau meriah dari pementasan yang pertama. Pada pementasan ini para penyaji menyajikan seni musik karawitan dengan memadupadankan gamelan dengan alat musik yang lain seperti ada yang mengunakan perlatan memasak, peralatan bangunan, biola dan lain-lain. Pada pementasan yang kedua ini masih tetap sama yaitu para penyajinya sendiri tidak terlihat lebih menonjol dari pemain pendukungnya, dari segi penampilan, pakaian,dan porsi memainkan alat musiknya masih terlihat hampir sama dengan pemain pendukungnya. Tetapi yang membuat pementasan ini terlihat menarik yaitu materi musik yang ditampilkan.
            Dan yang sangat menarik lagi yaitu penontonnya pun sangat penuh sampai lantai 2 hampir semua kursi penuh, mereka meyaksikan sajian ini sampai akhir pementasan. Karena materi yang ditampilkan membuat rasa ingin tahu penonton bagaimana kelanjutan dari sajian-sajiannya.
            Setelah saya menyaksikan pementasan seni karawitan di gedung teater besar Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta ini, ternyata pagelaran seni karawitan yang digelar guna memenuhi tugas akhir beberapa mahasiswa jurusan karawitan ini mempunyai berbagai fungsi untuk siapa saja yang menyaksikannya dan juga yang menyajikan, yaitu sebagai pemenuhan tugas akhir beberapa mahasiswa jurusan karawitan, mahasiswa atau penyajinya ini menciptakan dan menggelar pementasan ini dengan waktu penciptaannya yang lama dan biaya yang tidak sedikit. Sebagai ungkapan isi hati penyajinya dengan menyajikan seni karawitan seniman seniman tersebut dapat mengungkapkan apa saja yang ada dalam hatinya. Sebagai apresiasi oleh penikmatnya atau penontonnya dengan menyaksikan sajian karawitan para penonton akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang baru setelah melihat pagelaran seni karawitan tersebut. Dan sebagai hiburan bagi penikmatnya, seseorang dapat terhibur dan senang ketika memainkan atau melihat pagelaran seni karawitan.
            Selain itu seni karawitan juga mempunyai fungsi lain yaitu, sebagai musik pengiring bagi kesenian yang lain seperti seni tari, dikatakan sebagai musik pengiring apabila dalam suatu pagelaran karawitan hanya menduduki salah satu posisi pengiring saja dari suatu pagelaran atau ada fungsi yang lebih penting dari fungsi karawitan itu sendiri. Sebagai fungsi sosial, beberapa sajian karawitan yang difungsikan sebagai sarana sosial, seperti hajatan, kampanye politik, untuk perayaan-perayaan dalam rangka memeperingati sesuatu, dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk mempengaruhi jiwa atau mengubah pikiran yang mendengarkannya. Sebagai sarana komersial, seiring kemajuan zaman dan kebutuhan hidup manusia yang terus meningkat, karawitan tidak hanya dimainkan untuk memenuhi kepuasan yang bersifat batiniah atau spritual semata, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah atau materi. Dengan kata lain, para seniman menggeluti profesi karawitan untuk mendatangkan penghasilan.
            Dan khusus untuk saya karawitan berfungsi untuk menumbuhkan rasa kreatifitas saya, karena dalam keseharian saya sering diperdengarkan oleh ayah saya seni musik karawitan. Jadi sedikit banyak saya mengetahui beberapa lagu-lagu seni karawitan, walau tidak secara mendalam. Dan juga semoga bermanfaat dan berfungsi bagi penikmat karawitan lain.